Ma’bad Luxor menjadi salah satu temple yang paling dekat dengan pusat kota Al-Aqshar, bahasa arab dari Luxor. Tempat ini juga menjadi salah satu peninggalan bersejarah dari Ramsis II. Jika Karnak temple menjadi tempat suci untuk para raja, maka Luxor temple menjadi tempat ibadah untuk rakyat, golongan yang menempati derajat lebih rendah dari para Fara’inah.
Setelah puas menikmati kemegahan dan keindahan Karnak temple, aku dari travel ziarah expedia wisata dan rombongan dari Rusia, Georgia, Afganistan, Syiria, Malaysia, Cechnya dan Indonesia bergerak menuju Luxor temple, tempat Luxor temple tidak terlalu jauh dari Hotel Morris tempat kami menginap, hanya sekitar 500 meter.
Luxor temple bertempat di tengah pusat kota Luxor. Tatanan jalan kota Luxor aku amati hampir sama dengan tatanan kota wisata Bali. Jalan yang tidak terlalu lebar dengan taman hijau di kiri kanan bahu jalan menjadi pemandangan yang eksotis. Apalagi kalau sudah keluar dari kota, pematang sawah yang hijau yang diairi dari aliran Sungai Nil yang jernih menjadi pemandangan yang memanjakan mata.
Memasuki Luxor temple langsung disambut dengan dua patung besar dari Ramsis II, struktur gerbang masuk hampir sama dengan di Karnak temple, bedanya terletak pada patung Ramsis II yang besar yang tingginya sekitar 10 meter. Jika di Karnak temple patung Ramsis menghadap ke samping, di ma’bad luxor ini menghadap ke depan.
Sebelum memasuki gerbang, kami narsis terlebih dahulu dengan berfoto ria, di tempat ini ada fotografer yang selalu menawarkan foto secara berjamaah dan biayanya lumayan murah, hanya 15 pound. Kami foto bersama dengan latar belakang ma’bad dan menara yang menjulang tinggi yang berada di samping patung Ramsis II.
Setelah melewati pintu masuk, aku langsung melihat tiang-tiang yang berdiri tinggi yang atapnya sudah tiada. Tiang ini secara keseluruhan berjumlah 48, aku kurang tahu pasti apakah ada makna tersendiri dari jumlah 48, karena selama ini yang aku tahu, setiap inchi dari bangunan-bangunan bersejarah di Mesir termasuk tulisan kecil heroglyph yang tercoret di dindingnya selalu saja mengandung arti dan penafsiran yang ilmiah dan dalam.
Ada hal menarik yang menjadi perhatian kami saat mulai meneliti lebih detail bentuk tembok Luxor temple yang dipenuhi tulisan heroglyph. Banyak dari peninggalan di Luxor temple ini yang sudah terkelupas, dan ternyata hal ini bukan karena pengaruh alam. Ada sebab yang mengakibatkan tulisan dan gambar itu mulai rusak.
Kejadiannya berawal saat kekuasaan Mesir mulai melemah di mata dunia kala itu, Roma menggunakan kesempatan ini untuk menyerang Mesir. Mesir porak-poranda atas serangan Roma. Sebagaimana layaknya sebuah negara adidaya yang menjajah negara lain, kebudayaan setempat akan dihancurkan dan mengganti kebudayaan baru dari sang penjajah, salah satu korban penghancuran itu adalah Luxor temple ini.
Di dalam Luxor temple terdapat banyak patung yang kepalanya dipenggal oleh para tentara Roma, bahkan di tempat mihrab, gambar-gambar dan tulisan heroglyph dikerok dan ditutup dengan gambar-gambar model Yunani kuno dengan simbol-simbol kristen yang sangat melekat, di mihrab tempat paling suci pun terdapat gambar almasih yang saat ini sudah terlihat pudar dan mulai terlihat menyatu dengan gambar-gambar dewa Mesir kuno. Di tempat ini juga ada bekas dua kaki kuda yang menandakan penodaan yang dilakukan oleh orang Roma terhadap tempat suci Luxor.
Kejadian ini mengingatkanku dengan kisah Nabi Sulaiman yang juga menjadi raja yang menguasai dunia waktu itu, tidak hanya dunia manusia tapi juga dunia para jin. Saat burung ababil memberi tahu beliau di suatu daerah ada suatu kaum yang menyembah matahari dan pemimpin mereka seorang perempuan. Nabi Sulaiman mengirim surat kepada ratu pemimpin umat itu yang ternyata bernama Ratu Bilqis.
Ratu Bilqis meminta pendapat kepada para penasihat kerajaan atas permintaan Nabi Sulaiman yang memintanya untuk tunduk kepada kekuasaan beliau. Para penasihat memberi masukan pada ratu untuk melakukan peperangan saja hingga titik darah penghabisan, tetapi kebijaksanaan ratu menghalangi hal itu.
“Setiap raja yang menaklukkan sebuah negara pasti akan menghancurkan negara itu dan membunuh mereka para lelaki dan memperbudak para perempuan dan anak-anak,” begitu kata Ratu Bilqis. Hingga akhirnya Nabi Sulaiman tetap bisa menjadikan kekuasaan Ratu Bilqis menjadi wilayah kesatuan negaranya dan menjadikannya istri. Seandainya waktu itu Ratu Bilqis mengiyakan peperangan, bisa jadi keadaan negara mereka akan tidak berbeda dengan Mesir yang dihancurkan oleh Roma.
Luxor temple ini dulunya sudah tertutup terkubur di dalam tanah pada masa-masa kejayaan Islam. Saat Islam masuk ke Mesir yang dibawa oleh salah satu sahabat Nabi bernama Amr bin Ash, Luxor menjadi salah satu wilayah kekuasaan Islam.
Hingga akhirnya pada masa kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah yang berpusat di Baghdad Irak, tempat tepat di atas Luxor Temple dibangun sebuah masjid megah, saat itu mereka belum tahu kalau dibawah tanah tempat mereka membangun masjid adalah tempat suci peninggalan para Fir’aun, tempat ini baru diketahui beberapa tahun lalu.
Ada satu rahasia yang menjadi jawaban atas pertanyaanku selama ini, kenapa semua peninggalan-peninggalan bersejarah ini mampu bertahan hingga ribuan tahun. Para Fir’aun itu hidup di tahun 3000-an sebelum masehi, Amenhotep hidup pada masa Nabi Yusuf, Ramsis II hidup pada masa Nabi Musa, tetapi peninggalan bangunan mereka masih kokoh berdiri hingga kini, ternyata jawaban terletak pada karena bahan bangunan yang mereka gunakan adalah batu granit.