Tidak seperti di Indonesia, umumnya kita mengkonsumsi teh hangat di pagi hari atau teh dingin untuk menemani semangkok bakso dan soto di siang atau malam hari. Tidak juga seperti budaya “afternoon tea” ala orang Inggris yang lebih berfokus pada sisi gaya hidup dibanding teh nya itu sendiri. Afternoon tea bagi orang Inggris ibarat fine dining yang serba penuh dengan aturan atau table manner. Tidak juga seperti upacara minum teh ala Jepang yang diselenggarakan khusus di chashitsu (ruang untuk minum teh) dan berlangsung selama empat jam. Lalu bagaimana minum teh ala orang Turki?
Teh adalah minuman wajib yang menjadi ciri khas orang Turki. Di Turki sendiri teh adalah minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi setelah air mineral. Dengan angka 245 juta gelas setiap harinya, dari seratus orang Turki, sembilan puluh enam nya adalah peminat dan peminum teh. Sarapan, makan siang, makan malam pasti ditemani teh. Saat berkumpul dengan kerabat pun teh tetap menjadi pilihan minuman utama walaupun tentunya juga disajikan minuman lainnya. Tidak cukup segelas dua gelas meminumnya, orang Turki sanggup meminum bergelas-gelas teh dalam sehari.
“Cay” penyebutan the dalam bahasa turki, adapun cara yang menarik dalam penyajian cay. Cay disajikan dengan teko bertingkat yang disebut Çaydanlık, bubuk teh Turki diracik hingga menghasilkan sajian teh yang nikmat. Cara penyajiannya pun terbilang unik dan mudah. Çaydanlık terdiri dari teko atas dan teko bawah. Pertama, rebus air hingga mendidih menggunakan teko bawah. Kemudian siapkan bubuk Cay di teko atas. Setelah mendidih, tuangkan air ke teko atas. Isi kembali teko bawah dengan air, tempatkan teko bawah terlebih dahulu, kemudian teko atas secara bersusun. Rebus kembali teh dan air dalam teko tersebut secara bersamaan. Cay pun siap disajikan.
Tak hanya dari bentuk tekonya saja yang unik, gelas kecil berbentuk bunga tulip pun menjadi tampilan yang sangat khas untuk menikmati sensasi aroma dan rasa teh yang khas. Umumnya teh Turki berwarna lebih gelap dibandingkan teh di Indonesia. Biasa disajikan dengan camilan pelengkap berupa kacang-kacangan khas Turki, Cay harus selalu di sajikan dalam keadaan panas. Jika suhu Cay berubah menjadi hangat, biasanya teh akan kembali dipanaskan.
Selain itu, Cay biasa disajikan dengan gula di tempat terpisah. Orang Turki tidak (tidak pernah) memberi gula pada teh yang mereka buat. Gula disediakan terpisah di atas meja atau diletakkan di dalam piring kecil yang menjadi alas gelas teh yang panas. Peminum teh sendiri yang menentukan rasa manis teh yang akan diminum.
Orang-orang Turki biasa mengkonsumsi teh tanpa gula setiap saat dan dimana pun. Pagi, siang, sore, malam, di rumah, di kantor, di sekolah, di kampus, dan tentunya di kedai-kedai, kebiasaan minum the menjadi hal yang tak dapat dipisahkan dari warga Turki.
Oleh sebab itu banyak filosofi yang terkandung dalam budaya minum teh di Turki ini. Salah satunya nilai persahabatan yang terwujud dari kegemaran orang-orang Turki untuk menikmati teh bersama-sama. Selain itu, budaya minum teh di Turki juga menandakan nilai toleransi yang mencerminkan sikap saling menghargai dan mendukung. Misalnya saja mereka terbiasa menyajikan teh kepada orang lain dengan menawarkan berbagai pilihan sajian, missal teh dengan suhu panas atau hangat, pahit atau manis, serta pekat atau terang.