PERTEMUAN ANTARA IMAM SYAFI’I DENGAN IMAM AHMAD BIN HANBAL

Saat bepergian ke Ummul Qura, Mekkah, Imam Ahmad bin Hanbal bertemu dengan Imam Syafi’i. Usia Imam Syafi’i saat itu lebih tua 16 tahun dari Imam Ahmad. Imam Ahmad kemudian menimba ilmu pada Imam Syafi’i terkait nasab-nasab Quraisy, ilmu fiqih dan beberapa riwayat hadits.

Di saat mengajarnya selesai Imam Syafi’i melihat seorang anak muda yang terlihat asing dan menyapa “Hai anak muda……. dari mana asalmu? Saya belum pernah melihatmu sebelumnya di halqalah pengajianku” lalu menjawablah anak muda itu “Ahmad bin hanbal dari baghdad” “Dari Baghdad? Alangkah indahnya Baghdad. Saksi Kekhalifahan Islam dan Umat muslim, sungguh indah hari-harinya, dengan keilmuan fikih,sastra dan pemandangan yang indah. Semoga Allah selalu menjaga kota Baghdad dan penduduknya dari segala keburukan.” seru Imam syafi’i.

“Apakah engkau pernah berkunjung ke sana wahai Syeikh?” Tanyanya kepada Imam Syafi’i. “Tentu saya pernah tinggal di sana beberapa waktu, Saya Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i”

“Semoga Allah menjagamu, Sungguh hari ini dari pengajianmu aku telah mendengar perkataan yang belum pernah saya dengarkan sebelumnya. Semoga Allah selalu menjagamu untuk kami, dan Allah memberi manfaat untuk kami melalui ilmumu wahai Syeikh. Semoga Allah memberkahimu. Apakah engkau mengizinkanku untuk bertanya padamu sebuah pertanyaan?” tanya Ahamd bin hanbal. “Tentu saja, dengan senang hati” jawabnya.

“Bagaimana cara kita mengkompromikan antara hadis riwayat Abu Hurairah yang menjelaskan bahwasanya Nabi SAW melarang puasa Arafah, dengan hadits riwayat Abu Qatadah yang menjelaskan bahwasanya Nabi memberitahu bahwa puasa Arafah itu menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun setelahnya.”

“Pertanyaanmu iti tidaklah ditanyakan kecuali oleh orang yang mencintai hadits Nabi yang mulia. Kemarilah kuberitahukan Pertentangan yang nampak di antara dua hadits ini akan hilang jika kita membaca hadits yang diriwayatkan oleh ibunda Aisyah, bahwasanya beliau berkata, Rasulullah melarang puasa Arafah di padang Arafah. Maka dengan ini menjadi jelas bahwa puasa Arafah itu disunnahkan bagi selain orang yang sedang berhaji. Adapun orang yang sedang beribadah haji, maka ia harus meninggalkan puasa Arafah, sehingga ia bisa fokus dan kuat dalam beribadah.” Jawabnya.

Di antara riwayat terbaik Imam Ahmad dari Imam Syafi’i adalah riwayat dari Malik bin Anas dari Az-Zuhri dari Abdul Hamid bin Ka’ab bin Malik dari ayahnya, ia berkata, Rasulullaah ﷺ bersabda, “Jika orang beriman meninggal, maka ruhnya akan beterbangan dan hinggap di pepohonan surga hingga Allah mengembalikannya ke jasadnya pada hari kebangkitan.” [HR. Thabrani] .

Saat mengunjungi Baghdad, Imam Syafi’i melihat kondisi Imam Ahmad yang tidak akan makan selain dari hasil pekerjaannya sendiri, meski sebenarnya pekerjaannya tidak mencukupi keperluan makan dan kebutuhan sehari-harinya.

Murid-murid Imam Ahmad bin Hanbal mengetahui bahwa beliau sangat memuliakan Imam Syafi’i. Imam Ahmad berwasiat kepada murid-muridnya untuk membaca kitab-kitab Imam Syafi’i seraya berujar, “Tidak seorang pun menulis kitab-kitab, sejak kitab-kitab itu ada, yang lebih mengikuti Sunnah melebihi Imam Syafi’i.” [Biografi Empat Imam Mazhab, karya Abdul Aziz Asy-Syinawi]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *