Hebron adalah nama lain dari al-Khalil, yaitu nama yang disematkan pada Nabi Ibrahim AS. Hebron terkadang disebut pula dengan nama Hebrew. Kota ini terletak di Tepi Barat, Palestina. Ia merupakan salah satu kota terbesar di Tepi Barat, atau sekitar 30 kilometer di selatan Yerusalem.
Hebron merupakan salah satu pusat perdagangan di Tepi Barat. Di wilayah ini banyak diperdagangkan berbagai kebutuhan sehar-hari, seperti anggur, buah ara, kapur, tembikar, dan susu. Kota ini juga
ramai di kunjungi. Sebab, di kota ini terdapat makam Nabi Ibrahim AS dan istrinya, Siti Sarah. Karenanya, Hebron merupakan salah satu kota suci bagi Yahudi, karena Nabi Ishak dan Ya’kub dimakamkan di sini. Juga istri Nabi Ishak yang bernama Ribka, dan istri Nabi Ya’kub, Leah.
Mereka dimakamkam di sebuah gua yang disebut dengan Gua Para Leluhur (Machpelah, Makfilah). Karena itulah, kaum Yahudi menganggap suci kota ini. Di atas gua, dibangun sebuah tempat yang menyerupai masjid dan disebut dengan nama Masjid Ibrahim.
Di dalamnya terdapat makam Ibrahim, Ishak, dan Ya’kub. Setiap makam memiliki bentuk yang berbeda antara makam laki-laki dan makam perempuan. Makam laki-laki berbentuk segi delapan (octagonal) dan persegi enam adalah makam perempuan, seperti makamnya Sarah dan Leah.
Pada era Isa al-Masih, di pemakaman ini dibangun sebuah tembok yang mengelilinginya dan kawasan ini dinamakan dengan Kampung Rumah Ibrahim al-Khalil. Tak salah bila Kota Hebron ini disebut dengan Kota Tiga Nabi, yakni Nabi Ibrahim, Ishak, dan Ya’kub.
Makam Nabi Ibrahim
Sebagaimana disebutkan dalam berbagai buku sejarah para nabi, sebelum Ibrahim membawa Hajar dan Ismail ke Makkah, mereka tinggal bersama di Hebron. Nabi Ibrahim menetap di kota ini, setelah meninggalkan Kota Babilonia. Di Babilonia, Ibrahim sempat berhadapan dengan Raja Namrudz, karena ia menghancurkan berhala yang menjadi sesembahan masyarakat saat itu.
Saat tinggal di Hebron, istri Nabi Ibrahim, yakni Siti Hajar, melahirkan seorang putra yang diberi nama Ismail. Kelahiran Ismail ini membuat cemburu Siti Sarah, istrinya yang pertama. Maka, demi menjaga keutuhan rumah tangganya, Ibrahim membawa Ismail dan Siti Hajar berhijrah ke Makkah. Di Makkah inilah, Ibrahim merenovasi dan meninggikan bangunan Ka’bah yang telah mengalami kerusakan akibat banjir.
Setelah selesai pembangunan Ka’bah, Ibrahim kembali ke Palestina. Dan kemudian beberapa kali mengunjungi Ismail dan Hajar di Makkah. Dan ketika suatu hari berkunjung ke Makkah, ia tidak bertemu dengan Ismail, kecuali istrinya saja. Ibrahim merasa kurang sreg dengannya, karena kurang sopan santun. Ibrahim berpesan kepada istri Ismail, bila Ismail telah kembali, hendaknya ia segera mengganti daun pintu rumahnya. Maksudnya agar Ismail menceraikan istrinya. Maka, Ismail pun menceraikannya.
Dan pada kesempatan lain, saat berkunjung kembali ke Makkah, ia mendapati seorang perempuan di rumah Ismail, yang akhirnya diketahui sebagai istri Ismail. Perempuan ini tampak lebih sopan dan ramah dalam menjamu Ibrahim. Ibrahim pun berpesan kepada istrinya Ismail, agar bila Ismail telah pulang, hendaknya ia meneguhkan atau menguatkan daun pintunya, agar tambah kokoh. Maksudnya, Ismail hendaknya senantiasa selalu bersama dengan istrinya itu. Setelah peristiwa ini, Ibrahim kembali ke Hebron, hingga wafatnya.
Makam Nabi Ishak
Dalam Athlas Al-Qur’an, Syauqi Abu Khalil menjelaskan, sesudah Hajar dan Ismail diungsikan ke Makkah oleh Nabi Ibrahim, maka tak lama kemudian, Siti Sarah pun hamil. Tentu saja, kehamilan ini merupakan anugerah Allah kepada Siti Sarah dan Nabi Ibrahim. Sebab, keduanya sudah berusia lanjut.
Menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts dalam bukunya Athlas Tarikh al-Anbiya’ wa ar-Rusul, saat itu Siti Sarah telah berusia 90 tahun, sedangkan Ibrahim berusia 120 tahun. “Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak, dan Ya’kub, dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya.” (QS Al-Ankabut [29]: 27).
“Dan istrinya berdiri (di sampingnya) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishak, dan sesudah Ishak (lahir pula) Ya’kub.” (QS Hud [11]: 71).
Mengetahui kabar gembira ini, maka kagetlah Siti Sarah. Sebab, ia sudah berusia lanjut. Setengah tak percaya, ia berkata kepada Jibril, sebagaimana termaktub dalam ayat selanjutnya.
“Istrinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.” Para malaikat itu berkata, “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (QS Hud [11]: 72-73).
Nabi Ishak dilahirkan di Kota Hebron ini. Menurut al-Maghluts, Nabi Ishak diperkirakan lahir sekitar tahun 1897 SM, sedangkan Ismail empat tahun lebih tua dari Ishak. Nabi Ishak tumbuh dan besar di kota ini pula. Nabi Ishak diangkat menjadi nabi dan diutus kepada kaum Kan’an. Nabi Ishak meneruskan dakwah yang disampaikan oleh Ibrahim kepada kaumnya, untuk senantiasa mengesakan Allah dan meninggalkan sesembahan berhala-berhala.
Nabi Ishak dikenal sebagai seorang nabi yang sangat saleh, jujur, dan berkah. Kepadanya diberikan sejumlah keistimewaan dengan sifat kelembutan, kasih sayang, hilm (tidak emosional), dan penuh perhitungan yang matang.
Tak banyak riwayat mengenai Nabi Ishak. Namun, ketika wafat pada tahun 1717 SM, dalam usia 180 tahun. Demikian keterangan al-Maghluts. Nabi Ishak di makamkan di gua Makfilah, bersamaan dengan kedua orang tuanya, serta istrinya Ribka.
Makam Nabi Ya’kub
Sementara itu, Nabi Ya’kub adalah putra dari Nabi Ishak. Ia dilahirkan tahun 1837 SM, dan wafat pada 1690 SM. Ketika Nabi Ishak berdakwah kepada kaumnya di Hebron, Nabi Ya’kub mendapat tugas berdakwah di daerah Syam (Suriah, sekarang). Ia berdakwah kepada kaum atau bangsa Kan’an juga.
Namun, ia wafat di Kota Hebron ini dan dimakamkan bersama dengan nenek moyangnya, yakni Ibrahim AS. Bangsa Kan’an menyebut Kota Hebron dengan nama Arba, yang dinisbatkan kepada rajanya yang berbangsa Arab Kan’an, suatu kabilah ‘Inak. Namun, kemudian kabilah ini dikenal dengan nama Gedron atau Gabarion (Hebron).
Hebron Pada Masa Pemerintah Islam
Kota Hebron masuk dalam wilayah pemerintahan Islam di zaman Khalifah Umar bin Khattab. Yakni, sekitar abad ke-7 Masehi, atau sekitar tahun 25 H/638 M. Pemerintahan Islam berhasil memasuki Kota Hebron tanpa perlawanan.
Selama masa itu, kehidupan masyarakat berjalan damai dan tenteram. Bahkan, pusat perdagangan berkembag pesat. Khususnya dengan orang Badui di Tanah Nageb dan penduduk di sebelah timur dari Laut Mati. Ahli geografi Yerusalem, George A Makdisi, menggambarkan keindahan kota itu pada tahun 985 M.
“Habra (Hebron) adalah desa Ibrahim al-Khalil. Di sana terdapat sebuah bangunan yang sangat indah, berbentuk persegi empat. Di dalamnya terdapat kuburan Nabi Ibrahim, Ishak, Ya’kub, Sarah, Ribka, dan Leah. Di sekitar bangunan tersebut, terdapat perkampungan yang sangat maju dalam bidang pertanian dan perkebunan. Ada banyak kebun anggur, apel, dan lainnya. Buah-buahan itu dikirimkan ke Mesir,” tulis Makdisi.
Pada masa pemerintahan Mamluk dan Ayyubiyah, wilayah Hebron berganti nama menjadi al-Khalil. Nama ini diberikan oleh Shalahuddin al-Ayyubi setelah ia merebut kota tersebut pada tahun 1187 M. Kemudian pemerintahan Ayyubiyah digantikan oleh kekuasaan Turki Usmani.
Di masa inilah, dikeluarkan dekrit yang melarang orang Kristen dan Yahudi memasuki kota itu. Dan hingga pertengahan abad ke-14, dekrit tersebut berakhir dengan diberikannya kesempatan kepada semua orang untuk memasukinya, termasuk kompleks perkampungan al-Khalil.